BAHTERA SABDA

Dengan Adven, kita memulai tahun liturgi dan pastoral baru dalam Gereja Katolik, dengan tema: "Murid-Misionaris," yang menentukan arah perjalanan iman kita di tahun mendatang. Selama waktu ini, kita akan menemukan kembali bahwa setiap orang yang dibaptis secara bersamaan adalah murid Yesus dan misionaris yang diutus oleh-Nya. Menjadi murid berarti mendengarkan Sang Guru, bertumbuh di sekolah-Nya, hidup melalui doa dan sakramen. Menjadi misionaris berarti membagikan karunia iman yang telah kita terima di tempat-tempat di mana kita hidup dan bekerja.

Pertama – MENDENGARKAN SANG GURU. Kita bisa mendengarkan apa saja – musik, radio, berita, buku audio, dll. Tetapi kita sebagai orang Kristen harus mendengarkan Sang Guru, yaitu Yesus Kristus, yang adalah SABDA ALLAH. Mari kita bertanya pada diri sendiri di awal Adven: Seberapa sering saya membuka Kitab Suci? Apakah saya membaca Alkitab sama sekali, yaitu Perjanjian Lama dan Baru? Apakah saya memiliki Injil di tangan? Karena mungkin ternyata saya mendengarkan segala sesuatu yang lain, tetapi bukan Guru saya, yang ingin berbicara kepada saya setiap hari, terutama ketika saya kekurangan kata-kata penghiburan, dukungan, kata-kata yang memberi kehidupan.

Kedua – HIDUP DALAM DOA. Sebenarnya, doalah yang harus menciptakan suasana yang tepat untuk saling mendengarkan. Lihatlah betapa sulitnya bercakap-cakap dengan orang lain jika tidak ada suasana yang tepat – ketika ada ketidakpercayaan, ketakutan, ketika kasih kurang. Hal yang sama terjadi dalam hubungan kita dengan SABDA ALLAH. Jika saya tidak mengundang Roh Kudus dalam doa saya, jika saya tidak membuka hati saya dan tidak memberi diri saya waktu untuk masuk ke dalam doa, maka kita tidak perlu heran bahwa saya tidak mendengar sabda Tuhan maupun menerima sabda Sang Guru sebagai yang ditujukan kepada saya di sini dan sekarang.

Langkah selanjutnya adalah KEHIDUPAN SAKRAMENTAL. Sebenarnya, ini adalah puncak dari seluruh kehidupan rohani setiap orang Kristen. Jika saya menemukan waktu tambahan dalam Adven untuk percakapan dengan Yesus Kristus, yaitu Guru dan Penguasa saya. Jika saya mengundang Roh Kristus ke dalam pikiran dan hati saya. Jika saya mendengar bahkan satu dari Sabda-Nya yang kudus atau satu kalimat dari bacaan alkitabiah seperti hari ini, misalnya: Semoga mereka yang mengasihi-Mu hidup dalam damai (Mzm 122:6) atau Pahamilah waktu sekarang: sekarang saatnya telah tiba bagi kalian untuk bangun dari tidur (Rm 13:11). Marilah kita mengenakan perlengkapan senjata terang – kenakanlah Tuhan Yesus Kristus (ay. 14) dan bersiaplah, maka keinginan terbesar saya adalah untuk memanfaatkan sakramen-sakramen kudus, yaitu pengakuan dosa kudus dan Ekaristi Kudus.

Ketiga dimensi kehidupan rohani ini – mendengarkan Sabda, doa, dan sakramen – saling menembus dan saling mendukung, secara alami membawa kita untuk menjadi MISIONARIS yang membagikan karunia iman mereka dengan saudara-saudari yang mereka temui. Tidak peduli apakah mereka orang percaya atau tidak percaya, apakah mereka mendukung kanan atau kiri, apakah mereka memiliki warna kulit yang sama, agama atau pandangan dunia yang sama. Seorang murid Kristus yang adalah misionaris Kristus memiliki keberanian, seperti Nuh alkitabiah, untuk menunjukkan kepada mereka yang bersenang-senang, makan dan minum, menikah dan dinikahkan, bahwa dalam Adven layak memasuki BAHTERA SABDA rohani, agar tidak ditelan oleh air bah. Tentu saja, satu orang akan mengambil Sabda ini ke dalam hati, dan yang lain tidak. Memang, satu orang akan diambil oleh Sabda ini ke Surga, dan yang lain ditinggalkan di bumi. Itulah sebabnya kita harus berjaga atas Sabda dan membacanya setiap hari, karena kita tidak tahu pada hari mana di Tahun Baru Tuhan kita akan datang. Oleh karena itu, kita harus selalu siap, karena Tuhan datang kepada kita bukan hanya pada hari terakhir, tetapi di setiap jam ketika kita membuka Sabda-Nya dan membiarkan Dia mengubah hati kita. Amin.